Richard Drew, fotografer media Associated Press (AP) menyaksikan peristiwa itu. Ia menjepret adegan demi adegan saat pria jatuh dari salah satu menara kembar, foto yang kemudian menjadi ikon 9/11 dan dijuluki ‘The Falling Man’.
Ia berada di New York untuk meliput turnamen tenis US Open dan menanti dimulainya New York Fashion Week. Saat hendak berangkat meliput fesyen itulah, ketika melangkah keluar dari stasiun kereta bawah tanah, ia terkejut melihat kedua menara kembar sudah terbakar.
“Saya mulai menjepret orang-orang di sekeliling saya. Ada yang berjalan ke arah saya dengan kepala berdarah. Saya melihat kaca jendela mobil pecah, ambulans dimana-mana dan saya akhirnya melihat dengan jelas kedua gedung itu,” ujarnya.
Bersenjatakan kamera Nikon DCS-620 yang hibrida Nikon-Kodak, Drew mengeluarkan lensa 70-200 mm miliknya dan mulai membidik sasarannya. Naluri jurnalis Drew terus bergolak dan ia jemarinya terus mengambil gambar demi gambar berharga.
“Saya tak berpikir apakah saya takut atau tidak, hanya ingin memastikan semua terjepret. Anda harus berkomitmen dengan jurnalisme, ingat apa pekerjaan anda dan jangan terlibat secara emosional. Kamera terasa seperti filter bagi saya, seperti tidak mengalaminya secara langsung.”
Drew berdiri di sebelah opsir NYPD dan seorang perempuan tenaga medis. Ketiganya sedang mendongak ke atas, sementara si opsir bercerita ketika pesawat kedua menabrak gedung. Si tenaga medis kemudian menunjuk ke atas, “Ya Tuhanku, lihat!”
Ketiganya melihat ke atas dan menyaksikan beberapa orang jatuh dari atas gedung. Drew kembali menjepret foto-foto itu, termasuk rentetan foto seorang pria yang terjatuh dari atas,” lanjutnya. Kamera canggih itu sanggup menjepret sebuah momen, karena ada motor drive di dalamnya.
“Jika kamera berfungsi lambat, saya mungkin tak bisa mendapat gambar tersebut. Bisa bayangkan seberapa cepatnya orang jatuh? Mereka berjatuhan dengan amat cepat dan saya harus mengikutinya,” kata Drew.
Ia lupa seberapa banyak foto orang jatuh yang ia ambil, termasuk ‘The Falling Man’ yang ikonik yang ia perkirakan ada tujuh atau delapan foto. Meski begitu, ia sama sekali tak berniat mencari tahu identitas foto orang yang ia ambil, karena prioritasnya adalah mengambil momen.
“Saya tidak merasa dihantui, hanya penasaran karena orang masih membicarakan foto-foto itu. Saya merasa terhormat fotonya dianggap ikonik, meski saya terdengar dingin ketika mengucapkan hal ini. Saya melihat pria itu sebagai serdadu tak bernama, mewakili semua orang pada hari itu.”
“Ini bukan bagian dari kematian pria itu, tapi bagian dari hidupnya,” pungkas Drew. (inilah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar