16.9.10

Misteri Sukhoi dan Teknisi Rusia. Ada Apa Sebetulnya?

ditulis oleh: Abang Geutanyo (http://www.kompasiana.com/abanggeutanyo)

Mempunyai 2 (dua) dari 3 (tiga) pesawat Sukhoi 27 SKM tentu perlu merasa bangga karena jenis pesawat ini termasuk golongan pesawat tempur mutakhir kelas berat. Bandingkan saja dengan Mig-29 pun, masih digolongkan sebagai pesawat tempur mutakhir ringan.

Pesawat yang diproduksi oleh Rusia ini awalnya dirancang untuk mengimbangi jenis pesawat tempur buatan Amerika Serikat, antara lain :F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, dan F/A-18 Hornet. Keunggulan secara umum adalah berfungsi sebagai interseptor dan penjelajah udara jarak jauh. Kecepatan optimalnya mencapai 2,4 mach mematahkan record F-16 yang hanya 2,1 mach. Tentu perlengkapan persenjataan yang paling handal adalah peluru kendali (rudal) anti radiasi termutakhir dan rudal udara ke darat. Pas banget untuk menyerang sistem pertahanan lawan secara mendadak asalkan letak kordinat sasaran telah terdeteksi oleh tim pemberi informasi yang sedang bertempur di darat.

Dua Sukhoi Datang Dua Teknisi Tewas, seroang lagi Kritis.

Dibalik kebanggaan yang baru saja kita rasakan dalam hitungan hari, kita harus menerima kenyataan 3 (tiga) orang teknisi perintis yakni tenaga ahli yang duluan tiba (sebelum Sukhoi yang diangkut Antonov 124-100 mendarat) mengalami peristiwa tragis. Persis satu hari setelah pesawat itu tiba, ke dua teknisi perintis yang datang lebih duluan itu meninggal dunia, sedangkan seorang lagi sedang dalam perawatan. Mereka bertiga bertugas untuk memeriksa apakah spesifikasi 2 dari 3 pesawat pesanan pertama tersebut telah sesuai dengan perjanjian, kontrak, model dan syarat sebagaimana yang telah ditentukan.

Dalam aktifitas agen sipionase Rusia -khususnya mempelajari cara kerja agen KGB- perkara musnah memusnahkan anggota tim (bahkan dari satu kesatuan pun) bukan perkara yang sulit. Masih ingat mantan agen Rusia, Alexander Litvinenko, meninggal pada 24/11/2006, tiga pekan setelah ia diracuni di London.

Analisa Kemungkinan Sebab Akibat

Kemungkinan apa saja dibalik kematian ke duanya yang hampir serentak -dalam konteks kedatangan pesawat SU-27 tersebut- dapat dianalisa beberapa kemungkinan sebagai berikut :

  1. Ke dua mereka (dari 3 orang) mengetahui persis spesifikasi seperta apa yang harusnya diterima oleh Negara kita. Apakah dalam proses penyerahan itu ke 3 mereka mengetahui ada yang tidak beres? Belum sampai nota protes atau penolakan kepada kita ke duanya (dari 3 orang) telah meninggal dunia setelah pesawat Antono124-100 mendarat.
  2. Adanya Mossad bermain di balik layar? Satu sisi terlalu cepat merambah ke mutan ini, tapi memang tidak tertutup kemungkinan karena jenis peswat ini termasuk barang superior. Nato memberi label “Flanker” kepada pesawat ini yang artinya memanggul, karena di kedua sisi sayapnya memanggul sistem persenjataan yang teramat modern. Mungkin saja Mossad tidak ingin spesifikasi aslinya berada di negara kita sehingga tidak tertutup kemugkinan memasok prototype yang nomor dua. (perlu diketahui setiap unit produksi tempur apapun selalu ada 2 jenis-bahkan 3jenis- yakni untuk eksport dan untuk dipakai di negara sendiri).
  3. Kedekatan Israel dengan beberapa negara tetangga sudah bukan rahasia umum lagi. Negara tetangga telah memiliki alutsista ini hingga 8 (delapan) unit. Apakah kita tidak diizinkan memiliki alutsista yang handal sehingga kalau bertempur harus selalu memakai pesawat lebih ringan dan menggunakan persenjataan konvensional hingga menuai kekalahan?.. Ini masih perlu dikembangkan pembuktiannya.
  4. Kematian ke duanya (seorang lagi kritis) bisa jadi karena keracunan makanan, ketidak cocokan udara atau stress. Namun demikian penyebab nomor tiga ini sulit sekali dicerna atau diterima akal sehat kendatipun tetap saja mungkin terjadi.
  5. Jika pemerintah Rusia menganggap kematian ini sebuah hal yang tidak wajar, bisa berakibat kepada pembatalan kesepakatan dan beresiko kepada kerugian,yakni hilangnya modal pembelian pesawat, hilangnya kepercayaan Rusia dan lebih gawat lagi arsenal kita (alutsista udara) terpaksa memulai lagi dari Nol.
  6. Kedatangan ke dua SU-27 tersebut tertutup untuk wartawan dan umum, satu sisi bisa diterima sebagai protap mekanisme pengadaan sistim pertahanan sebuah negara. Tapi sisi lain, kita telah punya pengalaman saat pengadaan Tank Scorpion beberapa waktu yang ternyata tidak berfungdi optimal. Apa jadinya jika pesawat tempur ini bermasalah seperti Scorpion atau seperti Kapal Selam Scopene milik Malaysia..? Baru kita nanti ribut-ribut membahasnya. Semoga kali ini tidak akan terjadi seperti ini.

Spesifikasi Pesawat.

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi kita, jenis pesawat Sukhoi-27 SKM ini memiliki beberapa sepesifikasi sebagai berikut :

  • Karakteristik umum : Kru: Satu Panjang: 21,9 m (72 ft) Lebar sayap: 14,7 m (48 ft 3 in) Leading edge sweep: 42° Tinggi: 5,93 m (19 ft 6 in) Area sayap: 62 m² (667 ft²) Berat kosong: 16.380 kg (36.100 lb) Berat terisi: 23.000 kg (50.690 lb) Berat maksimum lepas landas: 33.000 kg (62.400 lb) Mesin: 2× Lyulka AL-31F turbofan, 122,8 kN (27.600 lbf) masing-masing Performa Kecepatan maksimum: 2.500 km/jam (1.550 mph Mach 2.35) Jarak jangkau: 1.340 km pada ketinggian air laut, 3.530 km pada ketinggian tinggi (800 mi pada ketinggian air laut, 2070 mi pada ketinggian tinggi) Atap servis: 18.500 m (60.700 ft) Tingkat panjat: 325 m/s (64.000 ft/min) Beban sayap: 371 kg/m² (76 lb/ft²′) Dorongan/berat: 1,085
  • Persenjataan : 1 x meriam GSh-30-1 30 mm, 150 butir peluru 8.000 kg (17.600 lb) pada 10 titik eksternal 6 R-27, 4 R-73 Su-27SM dapat menggunakan R-77 menggantikan R-27 Su-27IB dapat menggunakan peluru kendali anti-radiasi X-31, peluru kendali udara ke darat X-29L/T, serta bom KAB-150 dan UAB-500. (sumber spesifikasi : SyaCreative.com)

Sistem perlengkapan persenjataan lainnya tergantung kebutuhan dan permintaan konsumen (negara pemesan) selama masih memenuhi daya angkut dan tidak menganggu sistem jelajahnya.

Harga satuan US$35 juta per unit. offroad, peranko Rusia) tidak termasuk sistem persenjataan. Harga tersebut masih harga tahun 2008.

Sekali lagi, kita bangga dan berterimakasih atas kerjasama dan kepercayaan Rusia memperkuat Alutsista negara kita. Kita berharap semoga alutsista lainnya segera dapat dipasok dengan tepat, benar, layak dan cukup handal. Tentu saja harus sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan yang telah disetujui dari awal dalam MoU yang telah disepakati.

Kesimpulan

Persoalan kematian ke 2 dari 3 teknisi itu bukan hal yang aneh karena resiko berkerjasama dalam pengadaan sistem persenjataan di negara Rusia sangat tinggi. Sama halnya ketika terjadi peristiwa peledakan seorang wanita Mongolia di Malaysia yang berperan sebagai penterjemah dalam lobi pembelian Kapal selam Scopene dari Perancis beberapa tahun lalu, ini adalah resiko yang kerap terjadi dalam bisnis seperti ini.

Yang penting bagi kita adalah alutsistanya sudah mencukupi, sesuai order dan dapat diandalkan. Selain itu tentu kita musti waspada jangan sampai pemerintah Rusia sendri protes dan bertanya kenapa tim teknisi mereka meninggal dunia serentak.? Jika ini terjadi terpaksa lagi mereka kaji ulang kesepakatan dengan resiko selain alutsista sista kita tidak ada perubahan juga kepercayaan Rusia menjadi berkurang. Semoga kondisi ini tidak mempengaruhi kerjasama yang telah dirintis dari awal dengan tujuan sangat strategis, yakni bagi kepentingan sistem pertahanan bangsa dan negara kita..

(sumber: http://unik.kompasiana.com/2010/09/15/dua-sukhoi-datang-dua-teknisi-rusia-tewas/)

11.9.10

Agung Etty Hendrawati, Sosok Wanita Tak Dikenal Yang Sudah Mengharumkan Nama Indonesia di Pentas Dunia


Banyak yang bilang bahwa secara fisik, perempuan lebih lemah dan sulit bersaing dengan laki-laki. Namun, pendapat itu tidak sepenuhnya benar. Tengoklah prestasi Agung Etty Hendrawati dalam cabang yang “sangat laki-laki”, yakni panjat dinding. Pengoleksi juara 1 kompetisi internasional (ESPN X Games 2000), 4 gelar medali emas PON, dan puluhan gelar juara di berbagai kompetisi nasional dan regional (Singapura, Thailand, Cina, dan Malay­sia). Rasa-rasanya tidak ada satu laki-laki pun di Indonesia yang prestasinya semengkilap Etty di cabang ini.

Etty terlahir dari sebuah keluarga sederhana di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta pada 11 Mei 1975. Bapaknya bekerja serabutan dan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa. Etty adalah anak ketiga dari delapan bersaudara yang harus berpencar ketika orang tua mereka memutuskan bercerai. Dan ia kemudian mendapat jatah untuk tinggal bersama neneknya, ketika duduk di bangku sekolah dasar. Sejak kecil Etty pun harus berjuang dengan membantu neneknya berjualan kue.

Satu hal yang paling menyenangkan di masa kecilnya adalah memanjat pohon dan mengambil buah ranum yang ia bisa makan. Bisa jadi, hobi inilah yang kemudian menjadi fondasi bagi kesuksesan Etty di masa sekarang.

Dengan perjuangan yang tak mudah, lulusan SMA yang pernah menjadi pelayan toko pakaian ini sekarang sudah menjadi seorang atlet panjat dinding dan tebing yang berhasil di kelas dunia.

Pada tahun 2000 dengan tubuh mungilnya, dara yang berjilbab asal Desa Wonosari Gunung Kidul (DIY) ini, berha­sil menjuarai kompetisi panjat dinding internasional di Amerika Serikat. Ia yakin, Indonesia memi­liki banyak calon juara panjat kelas dunia. Etty bernostalgia saat-saat bersejarah dunia panjat dinding Indonesia itu, khusus bagi kelas putri.

Kejuaraan panjat dinding yang berlangsung 18-19 Agustus 2000 itu, merupakan salah satu event yang diselenggarakan tele­visi olahraga ESPN setiap tahun sejak 1995. Karena kejuaraan dunia sehingga pesertanya dari mana saja termasuk atlet Olga Zakharova dari Ukraina, yang menjuarai dunia panjat dinding versi UIAA (United International Association Alpens atau FIFA-nya panjat tebing). Etty pun sempat minder, “Wah badannya besar dan jangkung-jangkung!” Etty saat itu bahkan tidak berani membayangkan keluar sebagai juara, dan hanya mematok target menimba pengalaman saja.

Etty mengikuti cabang speed climbing atau adu cepat meman­jat. Dia mendapat juara pertama, setelah berhasil memanjat dinding setinggi 18 meter dengan catatan waktu 17,39 detik! Sedangkan juara dua diraih, El­ena Repko dari Ukraina dengan waktu 18,11 detik. Baru Olga Zakharova menduduki juara tiga dengan waktu 19,58 detik. Pada acara puncak itu, hanya diikuti oleh delapan peserta mewakili beberapa negara. Etty berhak mewakili Asia-Australia setelah sebelumnya mengalahkan pesaing dari kedua benua ini. Saat ditanya bagaimana reaksi para jago panjat dunia ketika dikalahkannya, Etty menjawab, “Mereka me­nangis! Rupa­nya mereka tidak menduga kalau saya mampu mengalahkan­nya.”

Pulang ke tanah air, Etty membawa beberapa penghargaan. Selain medali dan penghargaan, juga uang seban­yak 11.000 dolar. “Tapi cuma bawa 7.500 dolar AS”, karena sisanya untuk melu­nasi hutang kepada penyandang dana”. Soalnya semua pengeluaran untuk mengikuti kompetisi itu dia peroleh dari pinjaman. Sebab KONI hanya membekali 500 dolar untuk dua orang. Jumlah itu cukup untuk uang saku saja. Namun jerih payahnya juga dihargai oleh KONI pusat. Sepulang dari Amerika itu, dia diundang Bapak Wismoyo Arismunandar (Ketua KONI saat itu). Saya diberi penghargaan berupa uang Rp 20 juta.

Kejuaraan lain yang tidak terlupa­kan adalah World Cup Speed Rock, yang digelar di Val Daone, Italia, pada 2004. Di situ, ”anak Gunung Kidul” ini memecahkan rekor dunia untuk nomor speed climbing dengan catatan waktu 27,43 detik untuk kategori semi­final. Rekor dunia sebelumnya di tangan pemanjat dinding asal Ukraina, Elena Repko, 30,01 de­tik. Tapi, di final, Etty kalah dengan atlet Ukraina yang juga idola­nya itu. Pada tahun 2005 Etty kembali menorehkan prestasinya untuk nomor speed climbing pada ke­juaraan di Italia. Ia membukukan waktu 26 detik, memperbaiki rekor atas namanya sendiri yang dicetak setahun sebelumnya.

Saat ini Etty telah hidup berba­hagia, menikah dengan seorang atlet panjat juga, Nur Rohman Rosyid dan memiliki seorang putra. Pasangan ini merupakan “yang terbaik pada jamannya” bagi dunia panjat di Indonesia. Saat Kejuaraan Dunia ESPN X Games 2000 Rosyid juga berang­kat bertanding dan berada di rangking 6 besar kategori putra. Pada saat masih aktif seba­gai atlet, Etty bahkan bisa menghidupi dirinya sendiri dan membiayai kuliahnya dari dunia panjat dinding.

Selain mendapat uang dari hadiah sebagai juara, prestasi mengkilapnya menjadi­kan ia menjadi buruan sponsor. “Saat itu Etty dibackup oleh perusahaan tas dan minuman ringan” . Bahkan Etty juga sempat membantu orang tua, meski belakangan mereka menolak. Mereka sudah cukup bangga dengan melihat trofi ha­sil prestasinya. Saat ini Etty dan Rosyid aktif membina banyak atlet muda, terutama di lingkup Yogyakarta.

Etty memulai aktivitas panjatnya ketika sekolah di SMA Negeri I Wonosari. Saat itu Etty aktif mengi­kuti kelompok pecinta alam, salah satu kegiatannya adalah mendaki gunung. Kalau di Jawa Tengah, biasanya ke Gunung Lawu, Semeru, Sumbing, dan Merapi. Tapi Etty mulai mengenal betul panjat tebing sebagai olahraga (orientasi prestasi bukan hobi semata) pada tahun 1993, ketika diajak teman nonton eksibisi panjat dinding di IKIP Negeri Jogja.

Saat itulah Etty mulai tertarik. Awalnya, Indra, teman saya meminjamkan per­alatan berupa sepatu dan tali”. Pada awalnya, bahkan Etty adalah orang yang takut ketinggian. Kepalanya terasa pening saat diatas ketinggian, apalagi bila melihat dasar dinding dengan penonton yang terlihat kecil saking tingginya tebing, tapi lama kelamaan Etty terbiasa. Adanya tali-temali se­bagai pengaman dan keberanian sehingga rasa takut surut sendiri. Yang ada kemudian justru kenikmatan dalam memanjat. Sam­pai saat ini Etty mengaku belum pernah jatuh atau cedera yang parah, paling-paling keseleo.

Etty kerap menitikkan air mata jika mengikuti upacara penyerahan hadiah. Hatinya selalu bergetar setiap kali bendera Merah Putih dikibarkan saat Etty menerima medali sebagai juara

Sepanjang tahun 2006, Etty absen dari berbagai ajang kompetisi kejuaraan panjat dinding. Etty harus istirahat lantaran hamil dan kemudian mengasuh bayinya. Tapi, sejak Agustus lalu Etty mulai berlatih lagi mengembalikan keperkasaan tangan dan kak­inya. Tahun depan, Etty akan ikut kompetisi World Cup Speed Rock di Italia. Jika latihan, bayinya yang berumur dela­pan bulan tidak lupa dibawanya. Walau hidup di dunia maskulin, Etty tetap menikmati peran sebagai istri dan ibu.

Perem­puan cool dan ramah ini berpesan pada kawula muda putri supaya mencari posisinya sendiri-sendiri dan serius me­nekuninya hingga benar-benar bisa berprestasi. Tidak masalah dimana pun dunia anda saat ini, berusahalah untuk berprestasi!

Prestasi yang pernah diraih Etty adalah peringkat 7 SPC Difficulty dan Juara III SPC Speed Asian Championship, Tai­wan (1998), Juara I Speed Climbing Asian X-Games Phuket, Thailand (1999), Juara I Speed Climbing Indo­nesia (2000), Meraih 4 medali emas dan 1 perak PON XV (2000), Peringkat 7 (SPC Boulder­ing) Asian X-Games Phuket, Thailand (2000), Juara I Speed Climbing Kejuaraan Dunia ESPN X, San Fransisco, AS (2000), Juara II Speed Climbing Kejuaraan Dunia di Shenzen, Cina (2000), Juara I Speed Climbing UIAA Asian Cup, Kunming, Cina (2001), Juara II Speed Climbing Kejuaraan Dunia di Kuala­Lumpur, Malaysia (2001), Juara III Speed Climbing Asian X, Kuala Lumpur, Ma­laysia (2002), Juara II World Cup Speed Rock, yang digelar di Val Daone, Italia (2004), dan Juara I pada 2004. World Cup Speed Rock, yang dige­lar di Val Daone, Italia (2005).

Mau lihat aksinya...Disini